SERBIAN SCARS

Memburu Senjata Mematikan

Seorang Tentara menjelajahi Amerika dalam upayanya mencari saudaranya yang telah lama hilang. Tanpa disadari saudaranya memegang kunci atas sebuah senjata mematikan yang dikembangkan ayah mereka bertahun-tahun lamanya. Saat ini senjata tersebut tengah diincar sekelompok teroris.

Film Serbian Scars mempertemukan Michael Madsen, Vladimir Rajcic, dan Brent Huff sebagai sutradara. Ketiganya cukup menarik mengolah jalan cerita film. Vladimir Rajcic sangat menjiwai perannya sebagai Alex Obilich, sang pemburu senjata mematikan itu.

Vladimir Rajcic adalah aktor berdarah Amerika Serbia. Dia mengakui benar-benar mendalami kisah Alex Obilich. Dia bisa menggambarkan bagaimana kebiasaan orang-orang Serbia. Aksen Inggrisnya yang kental dengan gaya Serbia makin menarik. Dia sudah beberapa kali muncul di film layar lebar dan televisi, di antaranya serial CSI : Miami.

Dalam film ini, Rajcic ikut dalam menulis cerita.

Dreg (Michael Madsen) yang menjadi incaran teroris, berperan bagus. Penonton dibuat berdebar-debar. Keduanya benar-benar menjiwai peran dalam film Serbian Scars. Intrik dan kejar-kejaran menjadi daya tarik film ini.

Tidak hanya jalan ceritanya saja yang menarik. Dari segi pengambilan gambar, dan musik film yang mengiringinya pun benar-benar mendukung suasana film Serbian Scars.

Nuansa warna yang diambil sutradara, untuk menggambarkan cerita tersebut cukup apik. Bisa dikatakan Brent Huff benar-benar telah bekerja keras untuk menjadikan Serbian Scars sebuah tontonan yang menarik dari awal hingga akhir.

Hampir seluruh pemainnya memiliki hubungan dengan Serbia. Hal ini disesuaikan dengan filmnya yang mengangkat tema tentang masyarakat Serbia. Brent Huff juga dikenal sebagai aktor dan produser film.

The RAMEN GIRL


Gadis Amerika Belajar Ramen

Abby gadis kaya raya nan manja terjebak di Kota Tokyo, setelah putus dari pacarnya. Dengan keterbatasan kemampuan berbahasa Jepang, Abby yang berasal dari Amerika ini berusaha mencari pekerjaan di Jepang. Tetangganya adalah Master Maezumi, seorang ahli ramen yang sudah cukup tua. Dia selalu menyajikan ramen (mi ala Jepang) yang begitu nikmat.

Abby pun berniat ingin bekerja di restoran milik Maezumi. Namun, sang master menolak dengan alasan Abby tidak mampu. Akhirnya Abby ditempatkan ke bagian cuci piring.

Lama kelamaan Abby mendapat kepercayaan membuat ramen. Ia kemudian berlatih menjadi seorang koki membuat ramen, di bawah didikan keras Master Maezumi.

Lama kelamaan Abby bisa menguasai pembuatan ramen. Dia pun memaknai semua yang dialaminya sebagai semangat dalam menjalani hidup, khususnya bagaimana menjalani hidup dengan bekerja keras.

Britanny Murphy yang berperan sebagai Abby tampil dengan dua bahasa. Separuh Jepang, separuh bahasa Inggris. Bahasa gado-gado itu sangat mendominasi dalam setiap dialog antara Abby dan keluarga Maezumi yang diperankan oleh Toshiyuki Nishida.

Brittany cukup baik dalam memerankan sosok Abby. Benar-benar emosional dan mampu menampilkan sosok perempuan yang terbebani selama hidup di Tokyo.

Di situ juga ditampilkan kultur Jepang dan Amerika tidak bisa menyatu. Tetap ada jarak yang memisahkan dua kultur itu, meski Abby berusaha menembus batasan-batasan tersebut.

Film yang disutradarai Robert Allan Ackerman mampu mengarahkan Brittany sebagai perempuan kosmopolitan yang harus tahu tata krama masyarakat tradisional Jepang. Apalagi meski hidup di abad modern, Abby harus tetap patuh terhadap banyak aturan yang ditetapkan oleh Maezumi. Film The Ramen Girl ini cukup menarik ditonton.

PUTIH ABU-ABU dan SEPATU KETS


Kisah Remaja dengan Sejuta Problema

Tiga sahabat berumur 14 tahunan, Flory, Kemala, dan Icha, menjalin persahabatan dengan Dea, teman satu sekolah mereka yang nekad berusaha bunuh diri.

Dea depresi karena cowoknya Adit telah merekam dan menyebarkan adegan mesra mereka ke teman-teman sekolah Dea melalui internet dan telepon genggam.

Persoalan keluarga Flory adalah yang paling rumit dalam hidupnya. Apalagi saat orang tuanya bercerai karena ibunya ternyata seorang lesbian.

Kemala, selalu ingin tahu hal-hal yang berbau dewasa, diantara teman-temannya. Dia adalah orang pertama yang mendapat menstruasi dan pacaran. Semua yang dia alami selalu diceritakan pada teman-temannya.

Berbeda dengan Icha yang merasa belum sempurna karena belum menstruasi. Persoalan hidup dan mencari cinta mengajarkan mereka banyak hal. Satu persatu masalah mereka selesaikan dengan cara mereka. Dan mereka sangat menjaga yang namanya harga diri. Mereka tidak mau terjerumus pada hal yang negatif walaupun masalah yang mereka hadapi tidaklah mudah.

Film Putih Abu-Abu & Sepatu Kets merupakan sebuah kisah tentang kehidupan remaja sekarang ini. Seks bebas di tengah kecanggihan teknologi, menjadikan remaja gampang terjebak berbuat nekat atau sok berani, agar dianggap si pemberani.

Film ini juga mengajarkan kepada orangtua agar menjadi penjaga dan pembimbing yang baik kepada anak-anaknya yang sudah beranjak remaja. Masa puber merupakan masa penuh coba-coba. Remaja bisa menjadi rusak bila tidak dijaga dan dibimbing dengan baik.

Sang sutradara Nayato Fio Nuala merupakan sutradara yang pernah meraih Piala Citra untuk film remaja. Ekskul, dan menuai kontroversi.

Film Putih Abu-Abu & Sepatu Kets dibintangi artis-artis pendatang baru antara lain Arumi Bachsin, Adipati, Michella Putri, Rendy Septino, Steven William, dan Filda Effendi.

OCEAN WORLD 3D


Indahnya Kehidupan di Laut

Dari judulnya sudah terbaca bahwa film ini berkisah tentang dunia laut. Apa saja tentang laut akan dikisahkan dalam film berformat 3D ini.

Film ini mengajak penonton untuk melakukan perjalanan melalui, antara lain, hutan Kep. California, Great Barrier Reef di Australia, dan Pulau Roca Partida di lepas pantai Meksiko, yang merupakan rumah bagi ribuan ikan hiu.

Anda akan menyaksikan bernagai hal yang paling spektakuler dan adegan-adegan tak terlupakan yang terjadi di bawah gelombang laut dalam tampilan 3D, seperti ikan pari penari balet yang menawan, prosesi hiu martil, keindahan siput laut di perairan Spanyol, dan pertemuan unik dengan hewan crustacea terbesar di planet ini.

Film ini mengingatkan pada film animasi Finding Nemo. Sebuah kisah petualangan satwa laut yang cukup spektakuler. Dunia bawah laut yang penuh misteri terungkap lewat gambar-gambar yang menarik. Memang sasaran dari filmini adalah penonton anak-anak. Dari narasinya pun sudah terlihat bahwa film ini untuk anak-anak. Jean-Jacques Mantello selaku sutradara dan penulis cerita bersama Francois Mantello ingin mengajak penonton untuk melihat keindahan laut yang berisi ikan hiu, paus, ubur-ubur, kura-kura laut, hingga ikan-ikan yang langka ditonton di daratan.

Untuk menambah daya tarik, aktris Prancis pemenang Oscar, Marion Cottilard, mengisi suara untuk kura-kura laut.

Film bertema lingkungan ini juga memiliki pesan yang positif. Laut yang selama ini sering dianggap sebagai tempat pembuangan akhir sampah, memiliki lingkungan yang wajib pula dipelihara oleh manusia. Apalagi terkait dengan perubahan iklim, para penghuni laut ikut terpengaruh dengan adanya kerusakan lingkungan di daratan. Pencemaran laut akibat tumpahan minyak atau pembuangan limbah berbahaya menyebabkan penghuni laut mati keracunan.

ALADIN


Kehidupan Modern Ala Aladin

Aladin Chartter-Jee (Riteish Deshmukh) yang hidup di kota fiktif bernama Khwaish adalah seorang yatim piatu yang selalu dikerjai oleh Kasim dan gangnya sejak ia masih kecil.

Tapi hidupnya berubah ketika Jasmine (Jacqueline Fernandez) memberinya lampu ajaib yang mengeluarkan si Jin Genius (Amitabh Bachchan).

Si Jin berkeinginan memberi Aladin tiga keinginannya yang dapat membebaskannya dari perangkap lampu ajaib, tapi usahanya malah membuat hidup Aladin penuh kesulitan, sampai ancaman sebenarnya datang ketika Ring Master (Sanjay Dutt) muncul di kehidupan mereka.

Film Aladin yang diambil dari cerita 1001 malam itu kembali dikemas berdasarkan versi India. Tidak ada lagi kota Baghdad, melainkan kota Khwaish.

Nama Aladin pun diberi embel-embel Chartterjee. Dan Aladin bersekolah disebuah sekolah modern. Orangtuanya pun dikisahkan berprofesi sebagai arkeolog. Demikian juga dengan Jasmine yang digambarkan dalam cerita Aladin versi India ini bukanlah sosok seorang puteri kerajaan. Jasmine yang diperankan aktris asal Sri Lanka Jacqueline Fernandez itu hanyalah seorang mahasiswi teman satu kampus Aladin.

Bisa dikatakan bahwa Aladin versi India ini lebih modern. Bukan lagi mengambil cerita Aladin versi 1001 malam yang pernah pula diangkat ke layar lebar lewat film animasi produksi Walt Disney.

Apabila dalam kisah Aladin yang lama, lawannya adalah panglima perang kerajaan Baghdad. Kini justru orang yang dianggap menghalangi impian Aladin dan lampu ajaibnya adalah mantan Genie.

Menariknya lagi yang menjadi Genie adalah Amitab Bachchan. Peran sebagai Genie memang cocok. Amitabh berpostur besar dan tinggi. Cuma penampilannya memang agak berbeda dengan Genie si jin biru dari versi Aladin. Amitabh tetap berpenampilan orang modern. Sementara Ring Master mantan Genie berpenampilan jauh lebih sangar, dengan jenggot dan kumis yang tebal.